May 02, 2015

ALAM INDONESIA


Tanggal 22 April lalu diperingati sebagai Hari Bumi. Bagi Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, seharusnya hari tersebut diperingati dengan sukacita. Namun, dengan kerusakan alam yang terjadi, Indonesia justru harus menangis.

Ambil contoh pada apa yang terjadi dengan hutan
Indonesia. Indonesia semula merupakan negara yang memiliki hutan hujan tropis terluas di dunia. Kini, luasan hutan terus menyusut akibat deforestasi.

Data Global Forest watch dan Forest Watch Indonesia mengungkap bahwa sepanjang tahun 2009 hingga 2013 saja, Indonesia kehilangan hutan seluas 4,6 juta hektar. Itu berarti, setiap menit, Indonesia kehilangan hutan seluas tiga kali lapangan sepak bola.

Data Forest Watch Indonesia mengungkapkan, luas wilayah hutan Indonesia pada tahun 1950 diperkirakan 193 juta hektar. Tahun 2009, luas hutan Indonesia berkurang lebih dari setengahnya, menjadi cuma sekitar 88 juta hektar. Lalu, tahun 2013, jumlahnya tinggal sekitar 82 juta hektar.

Deforestasi berakibat buruk. Kebakaran hutan di Riau pada tahun 2013 yang dipicu oleh ekspansi kelapa sawit mengakibatkan kerugian 1,7 triliun dollar AS. Deforestasi membuat Orang Rimba mengalami krisis, 14 orang meninggal dalam tiga bulan terakhir.


Indonesia memulai moratorium hutan untuk menghentikan sementara penerbitan izin kehutanan pada tahun 2011.

Namun, studi yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences menyatakan, moratorium tak efektif. Jutaan hektar hutan rusak selama moratorium. Kondisi menyedihkan juga bisa dilihat di lahan gambut, salah satu wilayah yang menyimpan banyak stok karbon. Banyak lahan gambut kini rusak. Kubah gambut rusak karena dipakai untuk area perkebunan.

Penelitian Center for International Forestry Research (CIFOR) mengungkap fakta menyedihkan. Akumulasi karbon di wilayah gambut Indonesia membutuhkan waktu hingga 11.000 tahun, sementara pelepasan karbonnya berlangsung sangat cepat. Dari 3.300 ton karbon yang tersimpan di lahan gambut, setengahnya akan hilang dalam 100 tahun terakhir akibat konversi gambut menjadi lahan kelapa sawit. Jumlah karbon yang hilang setara dengan jumlah karbon yang terakumulasi selama 2.800 tahun.


Bila pelepasan karbon di lahan gambut terus terjadi, emisi karbon Indonesia akan tinggi. Indonesia akan gagal memenuhi target penurunan emisi karbon 26 persen pada tahun 2020 seperti dijanjikan oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Masalah lingkungan hidup, selain hutan, antara lain pencemaran logam berat merkuri. Penambangan emas secara liar, tambang batubara, serta sektor minyak dan gas mengakibatkan merkuri yang berbahaya terlepas ke lingkungan.

Studi Bali Fokus di wilayah Cisitu menunjukkan bahwa konsentrasi merkuri di udara tinggi, mencapai 50.549,91 nanogram per meter kubik (ng/m3) di kolam ikan. Konsentrasi merkuri di udara yang tinggi juga ditemukan di Bombana, Sulawesi Tenggara, dan Sekotong, NTB. Dampaknya, di Cisitu, ada seorang anak yang memiliki kepala abnormal, menderita kejang sejak berusia 2 tahun, dan mengalami hipersalivasi (liur berlebih). Gejala itu sangat berkaitan dengan keracunan merkuri. Ada banyak kasus lagi di Bombana dan Sekotong.

Selain limbah merkuri, sampah perkotaan dan limbah plastik juga menjadi masalah. Sampah plastik di Indonesia begitu banyak. Kini, Indonesia tercatat sebagai negara penyetor sampah plastik ke lautan kedua terbesar di dunia.

Masih banyak fakta menyedihkan tentang alam Indonesia yang bisa diuraikan, mulai dari laut Nusantara yang mengalami overfishing hingga terancam punahnya gajah sumatera, harimau sumatera, orangutan, dan beragam fauna lainnya.

Hari ini HARUS menjadi momentum KITA untuk berubah, jika ingin alam Indonesia tetap mampu mendukung keberlangsungan hidup. Perhatian pada kebijakan lingkungan hidup perlu, demikian juga perubahan-perubahan kecil, seperti tidak membuang air berlebihan dan mengurangi penggunaan plastik.

Belajarlah mencintai bumi dengan cara sederhana. Kini Bumi sudah tua, sebagai penghuninya sudah selayaknya manusia menjaga dan merawatnya.Miliaran orang berpijak di Bumi. Sebanyak itu pula yang harusnya merawat juga mencintai Bumi. Kini Bumi sudah tak muda, beragam masalah terus dihadapinya dan satu yang paling serius, ialah perubahan iklim. Perkembangan zaman memaksa Bumi harus menerima segala perubahan yang akhirnya berdampak tidak baik. Melalui Hari Bumi, warga dunia diajak berkomitmen untuk berubah dengan cara mencintai dan merawatnya agar Bumi tetap lestari.
Pada 2015 ini, Hari Bumi Sedunia mengambil tema “It’s Our Turn to Lead” dengan tujuan menumbuhkan kesadaran tentang lingkungan, dan mengembangkan inisiatif hidup berkelanjutan.

Bagaimana cara mudah mencintai dan merawat Bumi? Tidak sulit! Berikut beberapa cara sederhana nan jitu untuk menyelamatkan Bumi seperti dikutip dari Huffington Post.
Mengurangi penggunaan energi. Setengah dari emisi gas rumah kaca di Amerika berasal dari penggunaan mobil. Jika Anda ingin mengurangi emisi gas rumah kaca, caranya sederhana. Coba gunakan transportasi ramah lingkungan seperti sepeda, atau berjalan kaki.
Kurangi makan daging. Industri daging telah menghasilkan seperlima emisi gas rumah kaca di seluruh dunia.
Kembangkan pupuk kompos. Lebih dari satu miliar pon makanan dibuang tiap tahun. Untuk mengurangi limbah makanan sisa, mengapa tidak mulai membuat pupuk kompos?
Sesuaikan suhu air. Anda pengguna pemanas air untuk mandi? Jika ya, bijaklah menggunakannya. Karena limbah pemanas air ternyata juga memberi dampak buruk bagi Bumi.
Berhenti gunakan kantong plastik. Cintai Bumi dengan kurangi penggunaan plastik. Bahan satu ini sangat sulit dan membutuhkan waktu lama agar dapat hancur.
Belilah produk lokal. Apa hubungan produk lokal dengan mencintai Bumi? Ternyata ada hubungan antara produk lokal dengan Bumi. Ketika Anda menggunakan produk lokal, maka jarak antar pun ikut berkurang. Dengan demikian, Anda telah mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari kendaraan pengantar.
Kurangi ‘jejak’ Anda. Apa maksudnya? Kurangi jejak ekologis Anda dengan mengurangi penggunaan kendaraan. Gunakan transportasi ramah lingkungan atau berjalan kaki. Selain sehat, cara ini Anda juga menyehatkan Bumi.
Jangan lupa matikan listrik. Anda pasti sering sekali lupa mencabut peralatan listrik dari sumber listrik. Mulai sekarang sebelum pergi, tak ada salahnya untuk mengecek setiap sudut rumah agar tidak ada peralatan listrik yang tertancap pada sumber listrik.
Mendaur ulang barang elektronik. Setiap tahun, ribuan ton perangkat elektronik dibuang ke tempat pembuangan. Akhirnya limbah elektronik ini mencemari lingkungan dan berdampak buruk bagi Bumi.



Itulah beberapa cara sederhana untuk selalu mencintai Bumi. Kalau tidak sekarang memulainya, kapan lagi?! Dan jika bukan kita, siapa lagi yang memulai aksi mencintai Bumi?!

No comments:

Post a Comment