Film Tempo Doeloe

Mungkin beberapa sobat banyak yang belum tahu seperti apa sih film-film jaman dulu sewaktu kita msh belum terlahir di dunia ini. Sebetulnya ada beberapa film produksi anak negri yang cukup populer di jamannya, tapi sayang film-film ini hilang dari peredaran. 
Ada beberapa judul film di buat pada era tahun 1940an yang diantaranya saya akan ceritakan ke sobat. Disini saya mengambil hanya 2 judul yang sukses beredar di masa itu yaitu...

 Sorga Ka Toedjoe
(bahasa Melayunya disebut pasaran untuk Surga Ketujuh dan juga dipasarkan dengan judul Belanda In Den Zevenden Hemel) adalah film Hindia Belanda (sekarang Indonesia) tahun 1940 yang disutradarai Joshua dan Othniel Wong untuk Tan's Film. Film ini mengisahkan seorang pasangan tua, diperankan Kartolo dan Annie Landouw, yang setelah sekian tahun berpisah dan disatukan kembali oleh pasangan muda lain yang diperankan Roekiah dan Djoemala. Ini adalah film pertama Tan's Film setelah ditinggalkan Rd. Mochtar. Kualitas film ini bukan HD atau 3D. Kualitasnya tidak lain masih hitam putih dan untuk musik yang digunakan mendampingi film ini menampilkan musik-musik keroncong. Film yang ditargetkan untuk para penonton pribumi kelas bawah ini, sukses di pasaran dan disambut hangat oleh kritikus. Roekiah dan Djoemala kelak memainkan peran utama di empat film lainnya sebelum Tan's ditutup tahun 1942. Sorga Ka Toedjoe diduga hilang dari peredaran.


Rasminah (Roekiah) tinggal dengan bibinya yang tuna netra bernama Hadidjah (AnnieLandouw) di Puncak, sebuah desa yang berada di tenggara Buitenzorg (sekarang Bogor). Hadidjah telah berpisah dari suaminya, Kasimin, selama beberapa tahun, sejak dia dituduh telah berzina olehnya. Meskipun ia segera menyesali insiden itu, sudah terlambat; mayat menyerupai Kasimin ditemukan mengambang di sungai, dan Hadidjah ditabrak oleh sebuah mobil, yang membuat dirinya buta, ketika ia buru-buru ingin melihat jenazah tersebut. Sekarang dia menyanyikan lagu kroncong "Sorga Ka Toedjoe", yang dinyatakan Kasimin sebagai simbol cintanya, pada pukul 5 sore setiap hari. Tanpa diketahui Hadidjah, Kasimin (Kartolo) masih hidup dan sehat; ia juga menyanyikan "Sorga Ka Toedjoe" setiap hari pada waktu yang sama.Setelah bertemu dengan orang kaya dan dibenci masyarakat bernama Parta, yang berniat untuk membawanya sebagai istri keduanya, Rasminah pergi ke kota terdekat dari Batavia (sekarang Jakarta) untuk mencari pekerjaan. Beberapa hari kemudian, setelah menemukan pekerjaan, ia kembali ke Puncak untuk mengambil Hadidjah dan membawanya ke Batavia. Namun, Parta dan pengikutnya Doel mengejar-ngejarnya. Ketika kereta Rasminah yang terjebak dalam liang, kedua mulai mengejarnya. Rasminah berjalan ke hutan, dan setelah beberapa berjumpa dengan sejumlah orang, ia menemukan tempat berlindung di sebuah rumah kecil. Di sana ia beristirahat pada malam hari, tanpa melihat pemiliknya.Keesokan paginya, Rasminah terbangun oleh suara gitar yang dimainkan oleh pemilik rumah itu, Hoesin (Djoemala). Takut bahwa ia bekerja sama dengan Parta, ia menyelinap ke luar, hanya untuk berhadapan dengan Parta dan Doel. Mundur, dia dikejar oleh keduanya. Hoesin campur tangan, dan setelah pertarungan sengit, mengalahkan dua dan mengusir mereka pergi. Dia kemudian meyakinkan Rasminah dan mengantarkan ke rumahnya.Selama hari-hari berikutnya Hoesin berulang kali mengunjungi Rasminah, dan perlahan- lahan keduanya mulai jatuh cinta. Hoesin ikut Rasminah mengunjungi bibinya di Batavia untuk tinggal bersamanya. Mereka mulai membahas masa depan mereka bersama-sama, tapi Rasminah menegaskan bahwa dia hanya akan menikah jika bibinya kembali dengan Kasimin. Setelah pencarian panjang, ketika ia hampir putus harapan, Hoesin menemukan Kasimin di sebuah perkebunan kecil di perbukitan di luar kota - suami lama Hadidjah yang hilang yang sebelumnya mengolah kebunnya sendiri, tetapi kemudian digusur oleh pemilik licik dan serakah sehari sebelumnya. Akhirnya Kasimin dan Hadidjah bertemu kembali, memungkinkan Hoesin dan Rasminah untuk memulai persiapan mereka sendiri.


Rentjong Atjeh
Rentjong Atjeh adalah film aksi Hindia Belanda tahun 1940 yang disutradarai The Teng Chun yang mengisahkan sekelompok orang yang hendak balas dendam kepada para perompak di Selat Malaka. Film ini dibintangi Ferry Kock, Dewi Mada, Bissoe, Mohammad Mochtar, dan Hadidjah. Film ini dibuat dekat pesisir Batavia (sekarang Jakarta) dan memakai kembali rekaman film The sebelumnya, Alang-Alang (1939). Rentjong Atjeh sebagian terinspirasi oleh film-film Tarzan, sukses di pasaran dan sekarang hilang dari peredaran.Perompak mulai menjelajahi Selat Malaka, merampok kapal, dan membunuh awak dan penumpangnya. Di sebuah kapal, tiga anak selamat: Maryam (Dewi Mada), yang ditangkap dan dipaksa tinggal bersama kapten perompak (Bissoe), dan kakak beradik Daud (Mohammad Mochtar) dan Rusna (Hadidjah), yang kabur ke hutan.
Lima belas tahun kemudian, Rusna bertemu Ali (Ferry Kock), seorang tentara yang jatuh cinta dengannya. Sementara itu, Daud jatuh cinta dengan Maryam, yang bekerja sebagai penari untuk kapten perompak. Ali dan Daud menyerbu kapal perompak dan membunuh awaknya. Ali membunuh kapten dengan rencongnya (belati Aceh). Mereka akhirnya hidup damai tanpa gangguan perompak.

Saya kira dan saya rasa cukup dulu bagi-bagi nya ya sobat,  Semoga positng ini bisa menambah wawasan sobat.

MERDEKA !!






(Dasar sumber berita dari wikipedia.org)

No comments:

Post a Comment